Wednesday, March 25, 2009

Ponsel China Masih Menggeliat

JAKARTA - Badai krisis finansial yang merambah Asia tak menyurutkan produsen ponsel China untuk terus membanjiri pasar Indonesia. Bahkan, mereka tak ragu untuk mengadopsi teknologi yang mirip vendor besar lainnya.

Ponsel asal China acap dipandang sebelah mata. Padahal, Negeri Tirai Bambu memasok lebih dari 50% produk ponsel global. Data dari CCID Consulting menyebut bahwa China menjadi eksportir ponsel terbesar di dunia pada 2008, dengan produksi 605 juta unit.

Kehadiran ponsel China di Indonesia sendiri mendapat reaksi beragam. Banyak yang menuding ponsel-ponsel keluaran China menjiplak vendor besar untuk memuluskan langkah mereka memasuki pasar Asia. Belum lagi strategi teknologi dual mode (GSM-GSM atau GSM-CDMA), musik, kamera, layar sentuh, hingga layanan menikmati siaran televisi analog secara gratis.


"Hingga kini kami fokus terhadap segmen market middle to high end. Harga yang kami tawarkan tak lebih dari Rp2,5 juta. Baru tahun ini kami merilis ponsel berkamera 10 MP berharga Rp3 jutaan," ucap Andi Tanujaya, Marketing Manager K-Touch yang sukses melempar 25 varian ponsel ke pasar Indonesia sejak Juli 2007.

Lanjut Andi, jajaran ponsel China masih bisa bersaing dengan vendor besar karena telah memiliki market tersendiri. Hanya, menurut Andi, kendala yang belum bisa diselesaikan adalah izin frekuensi 3G bagi ponsel China. Sampai saat ini, tidak ada satu pun ponsel China yang mampu mengadopsi teknologi yang hampir digunakan semua vendor besar tersebut. Lepas dari kekurangan itu, jajaran ponsel K-Touch tetap melenggang dengan fitur lengkap yang disesuaikan dengan pasarnya.

Mulai anak muda hingga manula. Saat ini, K-Touch berupaya mengembangkan dual mode CDMA dan CDMA tunggal. Produsen lainnya, Mito menjajal kelas atas lewat PDA Phone dual GSM. Ponsel berlayar sentuh ini mengadopsi sistem operasi Windows Mobile 6.0 meski tanpa Wi-Fi dan hanya memiliki kamera 2 MP.

"Kami ingin mendobrak batasan ponsel China yang cuma mengandalkan teknologi dual mode. Sebagai pelopor PDA phone buatan China, tentu kami akan terus merevisi produk agar dapat menghadirkan teknologi yang lebih inovatif," tutur Shirley Imanata, Marketing Manager Mito Mobile.

Sebelumnya, Mito juga telah merilis varian Mito 228 yang dapat digunakan untuk mendengar suara melalui pipi atau tulang keras yang ada di area kepala. Menariknya, Mito yang telah menjajakan 19 seri produknya sejak awal 2006 ini meramaikan pasar Indonesia dengan rentang harga sekitar Rp2 jutaan.

Dengan membanderol harga murah, mereka berharap penjualan Mito bisa naik hingga 30% pada akhir 2008. Menariknya, penjualan terbesar justru datang dari konsumen di luar Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (kawasan Indonesia Timur). Tren ponsel China ke depan, lanjut Shirley, tidak banyak berubah.

Tetap mengandalkan segi desain dan tambahan aplikasi (value added) seperti game dan lainnya. Jika bujet promosinya lebih, produsen China berani merangkul artis yang sedang naik daun sebagai brand ambasador. Tercatat ada enam artis Indonesia yang menjadi duta ponsel China ini, yakni Rianti Cartwright (KTouch), Ratu (Swahoo), Sandra Dewi (D-One), Ririn Dwi Arianti (VirtuV), Asmirandah (Mito), dan Chelsea Olivia (My-G).

"Pemakaian artis sebagai duta sebenarnya tidak memengaruhi penjualan. Hanya mempercantik saat muncul di iklan," ucap Shirley yang masih mengontrak aktris cantik Asmirandah hingga setahun ke depan.

Senada dengan Mito, memakai artis juga kurang mendongkrak penjualan. Rianti yang habis kontraknya September tahun ini bisa saja tidak diperpanjang dan akan menggantinya dengan model biasa.

"Sebenarnya bisa saja kami memakai model dari China. Namun kami melihat segmen pasar Indonesia yang suka dengan artis lokal. Jika popularitasnya makin meroket, itu keuntungan buatnya," sebut Andi.

Soal kualitas, pengguna bisa menimbang sendiri produk apa yang dibutuhkan berikut layanan purnajualnya. Mengingat semakin banyak vendor, berarti semakin pilihan yang bisa dilakukan. Namun untuk bisa bersaing dengan vendor ternama, banyak teknologi yang harus dibenahi dan tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Meski pasar sedang lesu, permintaan pasar terhadap ponsel China masih saja bergairah. Karena yang dibutuhkan masyarakat Indonesia tentang perangkat komunikasi adalah berteknologi terkini dengan harga yang terjangkau.

No comments:

Post a Comment